Selasa, 03 Desember 2013

MACHI Dan Dunia Jejepangan (Bagian 2)

Namanya J Zone, Malang Otaku Community. Nggak begitu merhatiin label 'otaku' itu. Pokoknya saya tahu ini komunitas Jepang yang bisa nerima saya. So much up and down, laugh and tears, dreams, fall or achieve it. Here my stories begin...

Saya Dijemput Oleh 'Destiny' Bernama J-Zone

Kenapa saya yakin banget masuk di komunitas ini adalah karena suatu siang ada pamflet kecil nempel di papan pengumuman SMAN 4 Malang, ada gambar Dir en Grey di depannya. Nah lho kok bisa ini pamflet nongol nggak pake ijin Tatib. Well, rupanya sejak awal ya beginilah cara J-Zone 'bergerilya', gak pake birokrasi-birokrasian.

Awalnya saya takut, tapi saya excited. Dan yang saya bayangin adalah koko-koko ganteng yang akan menyambut pendaftaran saya *dilempar boyben*. Ternyata... semua hanya imajinasi.

Sejak saya mulai mendaftar saya cuma kontak lewat SMS. Sampai tibalah hari di mana saya bertemu dengan 'yakuza-yakuza' itu. Kirain ya sama-sama masih SMA. Ternyata mereka sudah kuliah, ada yang kecil, besar, tinggi, brewokan, pake eyeliner dan... saya keder. Tapi gapapa, mereka baik kok.

Wahahaha.. saya masih ingat sekali dengan hari-hari itu. Senior-senior J-Zone ini telaten dateng ke sekolah tiap beberapa hari sekali, setiap jam pulang. And you know what? Saya makin semangat sekolah setiap ingat mereka. Waktu itu kelas 3 SMA, saya kelas bahasa pula. Kanpeki!!!

Keluarga Dan Mimpi Kecil

Komunitas J Zone punya mimpi kecil, agar hobi jejepangan nggak jadi minor. Come on, banyak hal yang kita nikmati dari negeri bunga sakura itu dan kesukaan dengan jejepangan bukan hal yang aneh.

Sering ketemu dan kumpul bareng membuat kami akrab. Dulu Mas Evan yang sering saya panggil 'Kakek' (dan kami semua sering panggil seperti itu sampe sekarang), sering menyuntikkan semangat lewat sms. Oh nggak sering ding, jarang. Tapi sedikit 'drama' seperti ini bikin saya dan 3 member lainnya jadi semangat.

Emon, juga seorang senior yang sekarang sudah jadi sahabat saya, termasuk salah seorang yang berjasa buat kami. Ibaratnya, Mas Evan bapaknya, Emon emaknya. Ya, Emon bagian 'mengasuh' anak-anak muda seperti kami agar bisa tetap nyaman dan berkembang di komunitas ini.


Anggota kami pun bertambah. Ada Mbak Happy dan Mbak Iin yang stunning banget karena mereka ibaratnya adalah 'Gazerock di jamannya'. Rambut diwarna-warni, dimodel-model, baju banyak studded dan peniti. Keren deh pokoknya. Ada juga Mas Keceng yang keceng-keceng tapi idenya sedeng. Dia pemberani dalam mengambil langkah untuk kebesaran J-Zone waktu itu. Oh iya, kami punya tempat kumpul di warung Kakek. Namanya Buffet Oshin.

Life's like Japanese Dorama. Hampir tiap pulang sekolah *termasuk adegan bolos* saya mampir ke sana. Nunggu ilham, pencerahan, rencana atau sekedar nongkrong sama senior-senior saya. Demo ne, tanoshikatta..

Juga ada beberapa band yang mulai masuk. Genova, Melanin, Akatsuki, Hyakushiki dan Bukit Belakang Sekolah yang waktu itu adalah jebolan pertama kami. Nah, masuk era ini agak serius nih. Ini bukan cuma hobi, ini mimpi yang menanti untuk digapai.

Bagaimana kami meraih mimpi-mimpi kecil kami yang meradang? Next chapter, ikkushoo!!! (TO BE CONTINUE)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar